Toko Pasutri

1/19/2013

Generasi Ngek-ngok, Baru Saja Gede Sudah Linglung Kena Madat


Masa remaja selalu dibumbui dengan aneka kejadian yang unik dan berkesan. Banyak orang berdalih bahwa masa remaja merupakan masa galau karena transisi dari anak-anak menuju dewasa. Yang paling khas dari periode ini adalah rasa penasaran terhadap berbagai hal dan ego yang besar. Akibatnya, banyak remaja melakukan tindakan menyimpang, salah satunya adalah mengonsumsi narkoba.

Tuduhan ini bukan tanpa alasan. Penelitian yang pernah dilakukan Badan Narkotika Nasional (BNN) menemukan bahwa 50 - 60 persen pengguna narkoba di Indonesia adalah kalangan pelajar dan mahasiswa. Sedangkan total seluruh pengguna narkoba berdasarkan penelitian yang dilakukan BNN dan UI adalah sebanyak 3,8 sampai 4,2 juta. Di antara jumlah itu, 48% di antaranya adalah pecandu dan sisanya sekedar coba-coba dan pemakai.

"Pada SMP jumlahnya masih sedikit karena baru coba-coba. Pada SMA jumlahnya makin meningkat dan makin meningkat lagi jumlahnya pada mahasiswa dan eksekutif muda yang kemudian berubah menjadi pecandu," kata Kepala Bagian Hubungan Masyarakat (Kabag Humas) BNN, Kombes Pol Sumirat Dwiyanto seperti dihubungi detikHealth.

Sumirat menjelaskan bahwa pecandu adalah orang yang memakai narkoba setiap hari, sedangkan disebut pemakai jika memakai narkoba sekali setiap minggu dan dikatakan coba-coba jika menggunakan narkoba maksimal 5 kali dalam setahun.

Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan narkoba sudah dimulai pada usia muda dan berkembang semakin parah seiring pertambahan usia. Kenyataan ini diperparah dengan kecenderungan penyalahgunaan narkoba berkaitan erat dengan perilaku berisiko lain. Maka tak jarang ditemui remaja yang mengonsumsi narkoba juga terlibat dalam kebiasaan lain yang merusak seperti kecanduan alkohol dan perilaku seks yang tak aman.

"Data Riset Kesehatan Dasar 2011 menemukan bahwa pemahaman remaja mengenai HIV/AIDS dan narkotika di Jakarta hanya 20 persen. Angka ini diduga bisa lebih rendah lagi di daerah pedesaan dan pedalaman," kata Nafsiah Mboi, Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional.

Menurut Nafsiah, jenis narkoba yang paling banyak diminati remaja pengguna narkoba adalah ganja, menggeser kedudukan heroin dan narkoba suntik sebagai obat teler paling favorit. Alasannya adalah karena ganja lebih mudah diperoleh dibanding narkoba jenis lainnya.

"Sayangnya, pemakaian ganja ini membuat gairah seks meningkat. Akibatnya, penularan HIV/AIDS lewat jarum suntik memang menurun, tetapi justru makin banyak lewat hubungan seks yang tak aman. Apalagi pada remaja masih rendah kesadarannya mengenai alat kontrasepsi," kata Nafsiah.

Menurut Nafsiah, faktor-faktor yang membuat remaja rentan menggunakan narkoba adalah :
  • Kemudahan mendapat narkoba, bahkan beberapa jenis narkoba bahkan bisa dibikin di rumah
  • Pengedar yang cenderung mengincar generasi muda
  • Kurangnya perlindungan dari orangtua
  • Peran masyarakat yang masih kurang
  • Kurangnya pemberdayaan remaja
Pada banyak kasus, keluarga pecandu umumnya merasa malu apabila memiliki salah seorang anggota keluarga yang menjadi pecandu. Akibatnya, keluarga cenderung menyembunyikan masalahnya dan tidak merujuk ke pusat rehabilitasi. Hal ini membuat upaya pemberantasan narkoba menjadi semakin sulit.

"Di antara sekian jumlah pecandu di Indonesia, hanya 0,04 persen atau sekitar 18.700 orang yang masuk ke pusat rehabilitasi. Artinya, jumlah pecandu narkoba ini bisa jadi relatif stabil atau justru bisa bertambah banyak," kata Sumirat. Sumber.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

Narkoba. Info Seputar Ibu Hamil, Anak, Bayi dan Balita...